Pasokan Gabah Kering di Pati Belum Aman, Begini Kata Pemkab

pasokan

PATI, Lingkarjateng.id – Dinas Ketahanan Pangan (Disketapang) Kabupaten Pati mengungkapkan pasokan gabah kering di wilayahnya belum aman.

Sejauh ini, cadangan pangan gabah giling kering di Kabupaten Pati mencapai 63 ton setara dengan 41 ton beras. Sebanyak 63 ton gabah kering giling tersebut belum bisa mencukupi kebutuhan beras di Pati. Mengingat kebutuhan yang harus dicukupi minimal 189 ton beras. 

“Masih sangat jauh dari kebutuhan karena minimal cadangan pangan kita dengan jumlah penduduk yang sebanyak satu juta tiga ratus orang, minimal 189 ton minimal itu,” ungkap Kepala Bidang Kabid Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Dinas Ketahanan Pangan (Disketapng) Kabupaten Pati, Alfianingsih Firmanwigati, Rabu 25 Mei 2024. 

Namun pihaknya mengungkapkan Disketapang Kabupaten Pati tetap mengutamakan cadangan pangan berupa gabah kering yang berasal dari petani lokal.

Seperti cadangan pangan Pati di gudang Kecamatan Margorejo yang disuplai langsung dari hasil panen para petani lokal.

Selain itu, ia mengatakan penyerapan gabah kering lokal merupakan tindak lanjut dari pemerintah pusat yang mengintruksikan untuk menyerap hasil petani lokal.

“Kita juga ada cadangan pangan pemerintah di gudang Margorejo kalau itu memang kebijakan dari pemerintah pusat, Terus di breakdown menjadi kebijakan kepala dinas untuk mengisi gudang cadangan pangan pemerintah kabupaten pati yang berupa gabah kering giling. Kami memang memprioritaskan dari produk loka Pati, artinya dari petani lokal-lokal Pati,” ujarnya

Wanita yang kerap disapa Fifin itu menegaskan, gudang di Kecamatan Margorejo tidak boleh diisi produk gabah kering giling dari daerah lain. Alasannya, Pati merupakan lumbung Padi yang petaninya harus diberdayakan. 

Dalam rangka membantu petani, pada 2022 Disketang Pati mendapatkan bantuan badrayer atau papan pengering sebanyak 8 titik dari kementerian pertanian. Dimana, bantuan tersebut digunakan untuk membantu petani di sebagian wilayah Pati. 

Untuk pengelolaannya, badrayer dikelola oleh petani di masing-masing desa. Melalui bantuan badrayen itu, Fifin berharap para petani mampu mengolah hasil padinya menjadi beras sendiri. 

“Harapan kami setelah petani ini bisa mengolah hasil sawahnya atau kebun nya menjadi beras, kami juga tugasnya beralih membina mereka bukan lagi pengolahan pasca panen tetapi bagaimana kemasannya,” harapnya. (Lingkar Network | Setyo Nugroho – Lingkarjateng.id)