PATI, Lingkarjateng.id – Belum adanya tanda-tanda hujan membuat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati memperpanjang status tanggap darurat bencana kekeringan. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pati Martinus Budi Prasetya mengatakan, pihaknya kembali memperpanjang status kekeringan hingga dua minggu ke depan, dari yang sebelumnya sampai tanggal 16 Oktober 2023.
“Memang prediksi BMKG kemarau ini sampai Oktober. Tapi bisa jadi sampai November kita masih dalam kondisi kemarau. Bahkan di Pantura Timur ini diprediksi musim hujan datang di awal bulan Desember. Jadi memang kita harus bersabar, hari tanpa hujan masih akan kita alami setidaknya sampai November,” ucap Martinus saat ditemui di Pati, Kamis, 19 Oktober 2023.
Kondisi ini, menurut Martinus, tentu sangat berpengaruh terhadap kebutuhan air bersih. Tercatat, hingga saat ini sudah ada 87 desa yang tersebar di 10 kecamatan di Kabupaten Pati yang mengalami krisis air bersih yaitu Kecamatan Batangan, Jaken, Jakenan, Pucakwangi, Winong, Gabus, Tambakromo, Kayen, Sukolilo, dan Tayu.
Enam bulan musim kemarau berjalan, Martinus mengungkapkan bahwa pihaknya sudah memberikan bantuan air bersih sebanyak 803 tangki ke desa yang mengalami kekeringan. Bantuan ribuan tangki air bersih dari pihak-pihak swasta juga sudah disalurkan.
“Kami jajaran Pemkab selalu berkoordinasi dengan swasta untuk bersama-sama menggalang dana untuk droping air bersih. Sampai kemarin itu, dari kami BPBD sudah droping 803 tangki untuk 87 desa. Setiap hari desa yang kekeringan terus bertambah,” jelasnya.
Martinus juga tak memungkiri, musim kemarau tahun ini adalah yang paling parah dari tahun-tahun sebelumnya. Ia pun meminta masyarakat Kabupaten Pati bersabar menunggu datangnya musim hujan. (Lingkar Network | Arif Febriyanto – Lingkarjateng.id)