Meriahnya Meron Sukolilo Pati Bawa Berkah bagi Pedagang, Dua Hari Raup Jutaan Rupiah

Tradisi Meron di Sukolilo Pati

PATI, Lingkarjateng.id – Sekretaris Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Dinporapar) Kabupaten Pati, Endah Murwaningrum, mengatakan tradisi Meron di Desa/Kecamatan Sukolilo sudah masuk pada kalender event dari Disporapar Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng).

“Acara Meron yang dihadiri oleh ribuan orang, baik dari dalam maupun luar Pati, tentunya dapat memberikan multiplier effect yang besar. Hal ini yang menjadikan UMKM dan ekonomi kreatif akan berkembang dan pariwisata Pati juga akan terpromosikan,” ujar Endah saat ditemui di sela menghadiri puncak acara tradisi Meron di Desa/Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati pada Selasa, 17 September 2024.

Lebih lanjut, Endah berharap tradisi Meron dapat terpublikasikan dengan baik. Mengingat, tradisi Meron ini sudah diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) sejak tahun 2016 oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). Selain itu, pada tahun 2014 tradisi Meron juga mendapat Hak Kekayaan Intelektual Indonesia dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (KemenkumHAM).

“Event Meron juga diharapkan bisa terpublikasikan dengan baik, membanjiri media dengan narasi yang indah agar bisa mengharumkan nama Pati dan mengembalikan nama baik Pati khususnya Sukolilo. Karena Kecamatan Sukolilo sangat potensial di berbagai sektor,” pungkasnya.

Di sisi lain, tradisi Meron juga membawa berkah bagi para pedagang. Salah satunya yaitu Umi Priyanti Ningsing seorang pedagang jajanan dari Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus.

Ia mengaku sudah meraup omzet jutaan rupiah selama dua hari mengikuti rangkaian tradisi Meron di Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati.

”Baru kali ini di sini. Kalau tahun-tahun sebelumnya belum pernah, tapi alhamdulillah baru dua hari ini, dari kemarin sampai sekarang sekitar Rp 2 juta lebih,” ujarnya.

Umi menjual aneka jajanan bakaran seperti sosis dan tempura yang banyak digemari oleh anak-anak dan remaja. Ia berjualan di sekitar pekarangan warga setempat.

“Alhamdulillah saya di sini juga tidak bayar, tidak ada iuran juga dari panitia, dari pemilik rumah juga tidak. Yang penting setelah ini sampahnya dibersihkan,” ucapnya. (Lingkar Network | Syahril Muadz – Lingkarjateng.id)