Harga STB Selangit, Warga Pati Keluhkan Tak Bisa Tonton Piala Dunia

Harga STB Selangit Warga Pati Keluhkan Tak Bisa Tonton Piala Dunia

PATI, LingkarJateng.id – Imbauan pemerintah terkait migrasi siaran televisi (tv) analog ke digital mendapat respons lambat dari masyarakat. Alhasil, banyak masyarakat yang mengeluhkan tingginya harga STB (set top box) bahkan ketersediaannya di pasaran sulit didapatkan.

Perangkat STB diperlukan bagi masyarakat yang masih menggunakan tv analog sehingga dapat menikmati layanan siaran tv digital.

Migrasi siaran tv analog ke tv digital yang berbarengan dengan gelaran kompetisi sepak bola Piala Dunia 2022 pun membuat masyarakat semakin menjerit. Padahal imbauan pemerintah untuk segera beralih ke tv digital sudah dilakukan sejak jauh-jauh hari dengan

Salah satu warga Kecamatan Pucakwangi, Kabupaten Pati , Toni Aries, mengaku kaget lantaran tidak ada siaran tv saat dirinya hendak menonton Piala Dunia. STB yang ia beli harganya sangat mahal dari harga sebelum dicabutnya siaran tv analog.

“Mau nonton bola kok tidak bisa. Ternyata wacana pengalihan ke tv digital melalui STB sudah ditetapkan. Kemarin saya beli harga Rp 350 ribu merek Matrix. Padahal setahu saya sebelum aturan ini berlaku harganya Rp 200 ribuan,” keluhnya saat ditemui pada Kamis, 8 Desember 2022.

STB Langka, Cek Apakah Kamu Dapat Subsidi Set Top Box

Meski ada wacana dari pemerintah yang akan memberikan bantuan STB, namun sebagai rakyat biasa dirinya tidak terlalu berharap.

“Infonya memang ada bantuan, tapi bisa lihat TV untuk hiburan saja sudah cukup,” jelasnya.

Sementara itu, salah satu toko elektronik yang berada di Desa Pekalongan, Kecamatan Winong, Pati mengungkapkan bahwa kenaikan harga STB lebih dari Rp 100 ribu. Meski beberapa waktu lalu menyediakan dengan harga normal, pemilik toko mengaku menaikan harga karena tingginya harga beli dan banyaknya permintaan.

“Harga mahal karena mereknya juga. Ini merek DTV harga Rp 325 ribu, tapi ada juga yang Rp 280 ribu. Kemarin sempat langka, tapi kini ada barangnya. Dulu pas masih murah sekitar Rp 190-220 ribu, orang mau beli tidak seperti ini. Kan memang siaran dicabut, jadi masyarakat butuh STB,” ujar Navis pemilik toko.

Karena tokonya cukup besar, Navis juga menjual STB dalam bentuk grosir bagi yang ingin menjualnya kembali.

Harga STB yang kian naik dinilai menyulitkan ekonomi masyarakat. Pasalnya, saat perekonomian belum stabil akibat pandemi, kini masyarakat diharuskan membeli STB dengan harga mahal. Tak ada opsi lain, masyarakat harus menerima kondisi saat ini, sebab tv menjadi saranan hiburan yang dibutuhkan. (Lingkar Network | Arif Febriyanto – Lingkarjateng.id)