Uniknya Museum Batik Bakaran Sudewi di Pati, dari Sentra Penjualan Merambah Wisata Edukatif

Uniknya Museum Batik Sudewi di Pati dari Sentra Penjualan Wisata Edukatif

PATI, Lingkarjateng.idMuseum Batik Bakaran Sudewi yang awalnya hanya berfokus pada penjualan, akan merambah wisata edukatif. Hal itu dilakukan lantaran museum yang terletak di Desa Bakaran Wetan, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah sering dikunjungi siswa.

Sering dikunjungi pelajar, Museum Batik Bakaran juga adaptif dengan adanya Kurikulum Merdeka yang menerapkan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Hal itu tentu berdampak baik bagi pengembangan Museum Bakaran Sudewi. 

Kepala Desa Bakaran Wetan yang merupakan salah satu pengelola, Wahyu Supriyo mengatakan, Museum Batik Bakaran Sudewi dilengkapi media edukasi yang nantinya digunakan para siswa atau masyarakat yang menginginkan untuk belajar membatik. 

“Maka dalam rangka melestarikan itu, salah satunya kita buat museum batik yang di dalamnya ada media untuk edukasi kepada masyarakat, kepada para pelajar, tentunya yang sering datang ke sini untuk belajar batik dan praktik membatik,” ucapnya.

Wahyu menyebut, Museum Batik Bakaran Sudewi sebelumnya sudah menjadi sentral penjualan. Kini, sedikit demi sedikit sedang merambat ke sentral edukasi.

“Memang sudah menjadi sentral penjualan, tapi ke depan juga menjadi sentral edukasi. InsyaAllah, tahun ini akan kita bangun untuk sarana pelatihan membatiknya,” ungkapnya.

Selama menjadi sentral penjualan, lanjut Wahyu, Museum Batik Bakaran Sudewi sudah menggandeng dan bekerja sama dengan belasan pengrajin batik yang ada di Desa Bakaran.

“Karena menjadi sentral penjualan, tentu kita dari awal sudah melaksanakan kerja sama dengan para pengrajin batik. Di total ada tiga belas pengrajin yang tergabung di museum batik ini,” jelasnya.

Dengan adanya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) mulai dari SD, SMP dan SMA, Museum Batik Bakaran Sudewi sering dijadikan tempat kunjungan para pelajar. Ketika para siswa ingin belajar membatik, pihak pengelolaan langsung mengarahkan ke tempat para pengrajinnya lantaran luas museum yang tidak terlalu luas.

“Selama ini memang kita tempatkan ke para pengrajin. Di rumah-rumah, di home industrinya para pengrajin atau mungkin kalau terlalu banyak biasanya di balai desa Bakaran,” ungkapnya.

Ke depan, ia berharap akan lebih fokus dalam mengelola Museum Batik Bakaran Sudewi mulai dari penjualan hingga tempat edukasi.

“Semua akan kami sentral ‘kan di museum batik ini,” pungkasnya. (Lingkar Network | Setyo Nugroho – Lingkarjateng.id)