Miris, Pasien Jiwa di Pati Didominasi Anak Korban Bullying dan Kecanduan HP

Miris Pasien Jiwa di Pati Didominasi Anak Korban Bullying dan Kecanduan HP

PATI, Lingkarjateng.id – Kasus penyimpangan perilaku pada anak mulai bermunculan  di Kabupaten Pati. Sejak tahun 2019 tercatat ada 30 anak dengan gangguan jiwa.

Hal tersebut disampaikan Kepala Sentra Margo Laras Pati, Jiwaningsih, saat menyampaikan pidato pembuka di acara Webinar Kesehatan Mental Anak, yang digelar oleh Pimpinan Daerah Salimah Kabupaten Pati pada Jumat, 27 Januari 2023 sore.

“Sejak 2019 sampai sekarang, kami ada 30 anak dengan gangguan jiwa. Beberapa diantara penyebab paling banyak adalah karena kecanduan game dan bullying,” ungkapnya.

Senada, dokter spesialis kedokteran jiwa dari RSUD RAA Soewondo Pati dan Keluarga Sehat Hospital dr. Yarmaji, Sp.KJ pun mengungkapkan hal serupa.  Ia mengungkapkan bahwa pasien di bangsal jiwa terdiri dari segala umur.

“Mulai TK, SD, SMP, maupun SMA ada. Kemarin yang membuat kami miris ada remaja putri yang datang diantar orang tuanya akibat penggunaan HP yang tak terkontrol. Anak tersebut kecanduan pornografi hingga melakukan tindakan yang kurang terpuji dengan teman SMP-nya yang sama-sama perempuan,” terangnya.

Mengingat kasus itu, Yarmaji meminta agar peserta webinar ikut berpartisipasi dalam mengontrol penggunaan gawai pada anak untuk mencegah terjadinya penyimpangan perilaku.

“Ini tugas kita sebagai orang tua untuk mencegahnya,” imbuhnya.

Pernyataan ini pun diamini oleh Ketua Salimah Kabupaten Pati, Hesti Kartika Sari, yang tak lain juga merupakan dokter spesialis anak di RSUD Soewondo.

“Mereka bagian dari generasi emas yang harus kita jaga. Kalau mereka tidak bisa mengelola masa remaja mereka, gimana mereka bisa menata masa tuanya. Lalu bagaimana pula nasib generasi-generasi setelahnya. Itulah perlunya kita menaruh perhatian terhadap fenomena ini, semoga Allah SWT ganjar dengan pahala,” tuturnya.

Lebih lanjut, guna menyiapkan remaja yang lebih siap menyambut kedewasaan, Salimah yang dipimpinnya menggagas adanya sekolah pranikah.

“Yang nanti mudah-mudahan dokter Yarmaji juga bisa kita libatkan untuk ikut mendampingi,” harapnya.

Sementara itu, para peserta di sesi tanya jawab umumnya banyak yang mengeluh tentang maraknya bullying. Salah satunya disampaikan Susanti. Ia mengaku putrinya pernah sembuh dari trauma bullying semasa SD, namun harus bertemu kembali dengan hal serupa saat masuk pondok pesantren.

Menyikapi berbagai pertanyaan dalam sesi tanya jawab, Yarmaji pun lantas berbagi tips dengan menyertakan contoh-contoh kasus, lengkap teknik penanganannya yang detail.

“Webinar komplitnya nanti juga bisa disaksikan ulang di Facebook Salimah Kabupaten Pati. Gratis, tanpa syarat apapun dan bisa disebarkan untuk masyarakat umum,” pungkasnya. (Lingkar Network | Lingkarjateng.id)